Perkenalkan nama ku Alex, aku masih dalam jenjang kuliah sebagai mahasiswa Kedokteran di kota Bandung tahun 2024. Kejadiannya sendiri akan kuceritakan seadanya dan tidak ku pelintir sedikitpun, akan tetapi identitas tokoh dan lokasi aku ubah untuk menghormati privasi mereka yang terlibat.
Menginjak tahun kedua kuliah, Aku bermaksud pindah tempat kos yang lebih baik. Ini biasa, mahasiswa tahun pertama pasti dapat tempat kos yang asal-asalan. Baru tahun berikutnya mereka bisa mendapat tempat kos yang lebih sesuai selera dan kebutuhan. Setelah berburu yang cukup melelahkan akhirnya Aku mendapatkan tempat kos yang cukup nyaman di daerah Dago Utara.
Untuk ukuran Bandung sekalipun, daerah ini termasuk sangat dingin apalagi di waktu malam. Kamar kosku berupa paviliun yang terpisah dari rumah utama. Ada 2 kamar, yang bagian depan diisi oleh Sahat, mahasiswa kedokteran yang kutu buku dan rada cuek. Aku sendiri dapat yang bagian belakang, dekat dengan rumah utama.
Bapak kosku, Om Bima adalah seorang dosen senior di beberapa perguruan tinggi. Istrinya, Tante Lisa, Tante g*rang yang cukup menarik meskipun tidak terlalu cantik. Tingginya sekitar 160 cm dengan perawakan yang sedang, tidak kurus dan tidak gemuk.
Untuk ukuran seorang Tante g*rang dengan 2 anak, tubuh Tante Lisa cukup terawat dengan baik dan tampak awet muda meski sudah berusia di atas 40 tahun. Maklumlah, Tante Lisa rajin ikut kelas aerobik. Kedua anak mereka kuliah di luar negeri dan hanya pulang pada akhir tahun ajaran.
Karena kesibukannya sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi, Om Bima agak jarang di rumah. Tapi Tante Lisa cukup ramah dan sering mengajak kami ngobrol pada saat-saat luang sehingga Aku pribadi merasa betah tinggal di rumahnya. Mungkin karena agak cuek dan selalu sibuk dengan kuliahnya, Tante Lisa akhirnya lebih akrab denganku.
Aku sendiri sampai saat itu belum pernah berpikir untuk lebih jauh dari sekedar teman ngobrol dan curhat. Tapi rupanya tidak demikian dengan Tante Lisa.
“Alex, kamu masih ada kuliah hari ini?”, tanya Tante Lisa suatu hari.
“Enggak tante”
“Kalau begitu bisa anterin tante ke aerobik?”
“Oh, bisa tante”
Tante Lisa tampak s*ksi dengan pakaian aerobiknya, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat dengan jelas. Kamipun meluncur menuju tempat aerobik dengan menggunakan Honda Jazz Putih milik Tante Lisa. Di sepanjang jalan Tante Lisa banyak mengeluh tentang Om Bima yang semakin jarang di rumah.
“Om Bima itu egois dan gila kerja, padahal gajinya sudah lebih dari cukup tapi terus saja menerima ditawari jadi dosen tamu dimana-mana”
“Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante dan anak-anak juga”, kataku mencoba menghibur.
“Ah..Alex, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi juga yang lain. Dan itu yang sangat kurang tante dapatkan dari Om”.
Tiba-tiba tangan Tante Lisa menyentuh p*ha kiriku dengan lembut.
“Biarpun begini, tante juga seorang Tante g*rang yang butuh belaian seorang laki-laki tante masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli”.
Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Lisa menatapku dengan tersenyum.
Tante Lisa terus mengelus-elus p*haku di sepanjang perjalanan. Aku tidak berani bereaksi apa-apa kecuali, takut membuat Tante Lisa tersinggung atau disangka kurang ajar. Keluar dari kelas aerobik sekitar jam 4 sore, Tante Lisa tampak segar dan bersemangat. Tubuhnya yang lembab karena keringat membuatnya tampak lebih s*ksi.
“Lex, waktu latihan tadi tadi punggung tante agak terkilir kamu bisa tolong pijitin tante khan?” katanya sambil menutup pintu mobil.
“Iya sedikit-sedikit bisa tante”, kataku sambil mengangguk.
Aku mulai merasa Tante Lisa menginginkan yang lebih jauh dari sekadar teman ngobrol dan curhat. Terus terang ini suatu pengalaman baru bagiku dan aku tidak tahu bagaimana harus menyikapinya. Sepanjang jalan pulang kami tidak banyak bicara, kami sibuk dengan pikiran dan khayalan masing-masing tentang apa yang mungkin terjadi nanti.
Setelah sampai di rumah, Tante Lisa langsung mengajakku ke kamarnya. Dikuncinya pintu kamar dan kemudian Tante Lisa langsung mandi. Entah sengaja atau tidak, pintu kamar mandinya dibiarkan sedikit terbuka. Jelas Tante Lisa sudah memberiku lampu kuning untuk melakukan apapun yang diinginkan seorang laki-laki pada wanita.
Tetapi aku masih tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya terduduk diam di kursi meja rias.
“Alex sayang tolong ambilkan handuk dong” nada suara Tante Lisa mulai manja.
kuambil handuk dari gantungan dan tanganku kusodorkan melalui pintu sambil berusaha untuk tidak melihat Tante Lisa secara langsung.
Sebenarnya ini tindakan bodoh, toh Tante Lisa sendiri sudah memberi tanda lalu kenapa aku masih malu-malu? Aku betul-betul salah tingkah. Tidak berapa lama kemudian Tante Lisa keluar dari kamar mandi dengan tubuh dililit handuk dari d*d* sampai p*ha.
Baru kali ini aku melihat Tante Lisa dalam keadaan seperti ini, aku mulai ter*ngs*ng dan sedikit bengong. Tante Lisa hanya tersenyum melihat tingkah lakuku yang serba kikuk melihat keadaannya.
“Nah, sekarang kamu pijitin tante ya ini pakai body-lotion” katanya sambil berbaring tengkurap di tempat tidur.
Dibukanya lilitan handuknya sehingga hanya tertinggal K*tang dan Kanc*tnya saja. Aku mulai menuangkan body-lotion ke punggung Tante Lisa dan mulai memijit daerah punggungnya.
“Tante, bagian mana yang sakit” tanyaku berlagak polos.
“Semuanya sayang semuanya dari atas sampai ke bawah. Bagian depan juga sakit lho nanti Alex pijit ya” kata Tante Lisa sambil tersenyum nakal.
Aku terus memijit punggung Tante Lisa, sementara itu aku merasakan K*nt*l ku mulai membesar.
Aku berpikir sekarang saatnya menanggapi ajakan Tante Lisa dengan aktif. Seumur hidupku baru kali inilah aku berkesempatan meny*tub*hi seorang Tante g*rang. Meskipun demikian dari film-film B*kep yang pernah kutonton sedikit banyak aku tahu apa yang harus kuperbuat dan yang paling penting ikuti saja naluri
“Tante sayang, tali k*tang tante Lisa boleh kubuka?” kataku sambil mengelus pundaknya.
Tante Lisa menatapku sambil tersenyum dan mengangguk. Aku tahu betul Tante Lisa sama sekali tidak sakit ataupun cedera, acara pijat ini cuma sarana untuk mengajakku Ng*nt*t dengan tante Lisa.
Setelah tali pembungkus toket tante g*rang Lisa kubuka perlahan-lahan kuarahkan kedua tanganku ke-arah T*ketnya. Dengan hati-hati kuremas-remas T*ket nya ahh lembut dan empuk. Tante Lisa bereaksi, ia mulai ter*ngs*ng dan pandangan matanya menatapku dengan sayu.
Kualihkan tanganku ke bagian bawah, kuselipkan kedua tanganku ke dalam c*lana d*lamnya sambil pelan-pelan kuremas kedua pant*tnya selama beberapa saat. Tante Lisa dengan pasrah membiarkan aku mengeksplorasi tubuhnya. Kini tanganku mulai berani menjelajahi juga bagian depannya sambil mengusap-usap daerah sekitar M*m*knya dengan lembut.
Jantungku brdebar kencang, inilah pertamakalinya aku menyentuh M*m*k Tante g*rang dewasa Perlahan tapi pasti kupelorotkan c*lana d*lam Tante Lisa. Sekarang tubuh Tante Lisa tertelungkup di tempat tidur tanpa selembar benangpun sungguh suatu pemandangan yang indah.
Aku kagum sekaligus ter*ngs*ng. Ingin rasanya segera menancapkan b*tang K*nt*lku ke dalam lubang m*m*k tante. Aku memejamkan mata dan mencoba bernafas perlahan untuk mengontrol emosiku. Seranganku berlanjut, kuselipkan tanganku diantara kedua p*hanya dan kurasakan j*mb*t m*m*k tante yang cukup lebat.
J*ri teng*hku mulai menjelajahi celah sempit dan basah yang ada di sana. Hangat sekali raanya. Kurasakan nafas Tante Lisa mulai berat, tampaknya dia makin ter*ngs*ng oleh perbuatanku.
“Mmhh Alex kamu nakal ya” katanya.
“Tapi tante suka khan?”
“Mmhh.. terusin Lex, terusin tante suka sekali”.
Jariku terus bergerilya di b*lahan M*m*knya yang terasa lembut seperti sutra, dan akhirnya ujung jariku mulai menyentuh daging yang berbentuk bulat seperti kacang tapi kenyal seperti moci Cianjur. Dengan gerakan memutar yang lembut kupermainkan kl*torisnya dengan jariku dan diapun mulai menggelinjang keenakan.
Kurasakan tubuhnya sedikit bergetar tidak teratur. Sementara itu aku juga sudah semakin ter*ngs*ng, dengan agak terburu-buru pakaiankupun kubuka satu-persatu hingga tidak ada selembar benangpun menutup tubuhku, sama seperti Tante Lisa. Kuk*cup leher Tante Lisa dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya.
Sesaat kupandangi keindahan tubuhnya yang s*ksi. T*ket nya cukup berisi dan tampak kencang dengan put*ngnya yang berwarna kecoklatan memberi pesona keindahan tersendiri. Tubuhnya putih mulus dan nyaris tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante Lisa pandai merawat tubuhnya.
Diantara kedua p*hanya tampak bulu-bulu kem*luan yang agak basah, entah baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu belahan M*m*knya samar-samar tampak di balik bulu-bulu tersebut. Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya bisa sering meninggalkannya dan mengabaikan keindahan seperti ini.
Selanjutnya aku tidak mampu menceritakan lagi, pasti pembaca semua sudah tau dan mampu ikut merasakan kenikmatan yang aku alami. Sejak saat itu kami sering melakukannya jika ada kesempatan. Sungguh pengalaman yang luar biasa yang pernah kualami selama kos dirumah tante Lisa.